Minggu, 02 Desember 2012

masalah gizi di indonesia

MASALAH GIZI DI INDONESIA SAAT INI
OLEH
KELOMPOK 1
Moderator : Akvila Febby Valentine
Anggota :
1. Elsa Maulina Br.S
2. M. Rifki Fahrian
3. Rossa Shabrina

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN
2012/2013


KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya tugas Makalah tentang Masalah Gizi di Indonesia dapat terselesaikan.
Tugas ini dibuat dalam bentuk makalah yang diberikan dosen kepada mahasiswa khususnya yang mengikuti mata kuliah Ilmu Kimia Dasar pada semester I program studi Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
Makalah ini diberikan demi pemahaman tentang masalah gizi di Indonesia saat ini. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Ilmu Gizi Dasar dalam pemberian materinya yang memberi kami motivasi dan dorongan, media cetak dan teman-teman sekelompok yang membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Mohon maaf dengan kekurangan yang ada pada makalah kami, mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya bagi yang membaca.

Bandar Lampung, 18 September 201















BAB II
ISI

Masalah gizi di Indonesia
Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses- proses kehidupan. Sedangkan menurut Soekiman (2000), zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara, menjaga dan meningkatkan kesehatan.
Jadi zat gizi adalah bahan¬-bahan kimia yang diperlukan tubuh untuk hidup, tumbuh, bergerak dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia itu berasal dari makanan.
Zat gizi dikelompokkan menjadi zat gizi makro dan mikro. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak, yang merupakan zat gizi sumber energi. Zat gizi mikro antara lain vitamin, mineral seperti zink, zat besi dan asam folat yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan. Pembentukan tulang, gigi, sel, sistem pencernaan dan metabolisme bahkan sistem saraf dan kekebalan tubuh sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi mikro dan air yang merupakan zat gizi pembangun dan pengatur karbohidrat sebagai sumber energi utama berguna untuk aktivitas sel-sel tubuh, karbohidrat dalam makanan dan minuman diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Menurut Prof Soekirman, Masalah Gizi  adalah Gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).
Masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa In donesia sudah semakin kompleks dengan adanya istilah beban ganda masalah gizi. Sebagai negara yang sedang berkembang beban ganda masalah gizi ini kian terasa karena disatu sisi permasalahan gizi kurang tidak kunjung berkesudahan dan kini Indonesia menghadapi masalah gizi lebih yang mendatangkan masalah baru. Masalah gizi kurang kerap kali dikaitkan dengan penyakit infeksi seperti Infeksi  Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan campak sedangkan gizi lebih banyak ditemui di daerah yang cukup maju atau kota-kota besar di Indonesia. Lebih dari 37 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Kurang lebih 5 juta balita menderita kurang gizi. Dan lebih dari 100 juta penduduk rentan terhadap berbagai masalah gizi.



a.    Masalah Gizi Lebih
Makan lebih banyak dari kebutuhan dan makan tidak seimbang dalam arti kebanyakan, faktor resiko dalam makanan dan kurangnya faktor proteksi dapat menyebabkan keadaan gizi lebih, yang pada gilirannya dapat membawa resiko masalah kesehatan. kelebihan gizi tidak baik bagi anak karena memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterol dan penyakit jantung.
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al,2008).
Menurut Roger Shrimpton (2012) bahwa di Indoesia orang yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) mencapai 21,7% dan terus meningkat setiap tahunnya. Padahal waktu tahun 2007 penduduk di Indonesia yang mengalami berat badan lebih (>15 tahun) hanya 19,1%. Prevalensi obesitas justru lebih banyak dibandingkan dengan overweight, tahun 2007 obesitas mencapai 10,3% sedangkan overweight hanya 8,8%.
Pernyataan ini sama halnya dengan pernyataan Kementrian Kesehatan, yakni “Masalah lain dalam bidang gizi yaitu meningkatnya prevalensi Balita gemuk. Saat ini sebesar 14,2% anak Balita kategori gemuk, lebih tinggi dari anak Balita kategori kurus yaitu 13,3%. Bahkan pada usia dewasa kegemukan makin meningkat mencapai 21,7%,”
b.    Masalah Gizi Kurang
Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut akan menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya potensi belajar, daya tahan tubuh dan produktifitas kerja.
Konsekuensi gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) adalah retardasi mental, gangguan perkembangan sistem syaraf, gangguan pertumbuhan fisik, kegagalan reproduksi dan kematian anak.
Anemia gizi misalnya yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi merupakan masalah gizi yang besar dan luas diderita oleh penduduk Indonesia. Akibat nyata anemia gizi terhadap kualitas SDM tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja, yaitu 10 –20%.
Golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk rawan terkena Kep adalah balita,ibu hamil dan menyusui.Terkait dengan hal ini,kita mengenal beberapa istilah kurang energi protein dan gizi buruk,seperti marasmus dan kwashiokor.Anak balita yang menderita kwashiorkor memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
1.    Pembengkakan (edema) pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki
2.    Bentuk wajah bulat (moon face) dan kelihatan sembab
3.    Perilaku cengeng dan rewel
4.    Perut buncit (ascites)
5.    Rambut kusam dan mudah di cabut
6.    Terdapat bercak kulit yang luas dan berwarna kehitaman/bintik kemerahan
Sedangkan tanda-tanda balita penderita marasmus antara lain memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
1.    Tubuh tampak sangat kurus
2.    Wajah tampak seperti orang tua
3.    Perilaku cengeng dan rewel
4.    Bentuk iga gambang,perut cekung
5.    Otot pantat mengendor
6.    Terjadi penyusutan (atrofi) otot lengan dan tungkai
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia. ”Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia,” kata Endang dalam konferensi pers setelah membuka Seminar Nasional di Balai Kartini Jakarta, Rabu, 18 Januari 2012.
Endang menyebutkan jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa 54% kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan gizi yang buruk.
Di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi, dua dari 29 kecamatan yang terletak di pesisir pantai utara ini, tercatat ada 300 penderita gizi buruk. Menurut Mulyadi(Camat Teluk Naga) faktor ekonomi rendah menjadi penyebab utama tingginya angka balita bergizi buruk. "Oleh karena itu kami terus berupaya meningkatkan taraf ekonomi mereka melalui pembukaan kawasan industri,"
Di Kabupaten Bogor Saat ini, tercatat sebanyak 11 bayi di bawah usia lima tahun (balita) yang menderita gizi buruk.

Penyebab terjadinya masalah gizi di Indonesia
•    Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
1.    kemiskinan
Peningkatan ekonomi masyarakat dgn sendirinya akan meningkatkan daya beli, sehingga masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi lebih baik.

2.    bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat. Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam lain akan menghambat pemenuhan gizi di Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang proses distribusi bahan makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak terdistribusi dengan baik.
3.    rendahnya pengetahuan orangtua tentang pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi
4.    lingkungan yang tidak bersih dan sehat
kurangnya sosialisasi tentang pentingnya gizi bagi manusia. . Tidak dapat dipungkiri pada dasarnya ada beberapa usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Namun jika ditilik lebih jauh nampaknya pelaksanaannya masih membutuhkan berbagai perbaikan, diantaranya mengenai sosialisasi. Sebagus apapun program yang ditawarkan, jika sosialisasinya gagal maka percuma saja. Untuk program-program peningkatan kesejahteraan, misalnya bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan kepada masyarakat berkategori miskin hendaknya merata dengan sosialisasi yang baik.
5.    korupsi
Korupsi merupakan akar dari semua permasalahan di negeri ini. Tidak terkecuali kasus kekurangan gizi di Indonesia. Keterkaitan korupsi dengan masalah kekurangan gizi dapat ditinjau dari banyaknya anggaran yang disiapkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, namun faktanya pembagian dana tersebut tidak tepat sasaran dengan bukti permasalahan yang tidak segera selesai.





•    Faktor penyebab gizi lebih atau obesitas :
1.    Efek toksis yang membahayakan
2.    Kelebihan energy
3.     Kurang gerak
4.     Kemajuan ekonomi
5.     Kurang pengetahuan akan gizi seimbang
6.     Aktivitas fisik golongan masyarakat rendah
7.     Tekanan hidup/ stress

Solusi dalam mengatasi masalah gizi di Indonesia
Mengatasi masalah gizi di Indonesia tidaklah mudah karena banyaknya penduduk miskin
yang mempunyai masalah gizi. Namun ada beberapa cara untuk menanggulangi masalah ini, yaitu :
•    Penanggulangan Masalah Gizi Kurang
1.    membiasakan hidup sehat dan pola makan seimbang
2.    meningkatkan pengetahuan orang tua tentang gizi
3.    pemerintah daerah sebaiknya segera menaruh perhatian serius atas buruknya kerjasama lintas sektor kesehatan, khususnya pangan dan gizi.
4.    Petugas gizi harus terbebas atau paling tidak bebannya di kurangi dari aktifitas administrasi yang menjemukan dan kembali ke habitatnya, ke masyarakat.
•    Penanggulangan Masalah Gizi Lebih
Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya antara lain:
1.    Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
2.    Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
3.    Penyuluhan ke masyarakat luas.
4.    Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).
Namun menurut Samuel, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang dibutuhkan oleh anak mereka.
“Kuantitas makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan aktivitas. Sebaiknya anak-anak  menghindari makanan dengan kandungan minyak, gula dan garam yang terlalu tinggi,”
Untuk mencapai status perbaikan gizi Nasional peran pemerintah saja tidak cukup, karena proses pengawasan dan pendanaan yang setingkat nasional tidaklah mudah. Disini peran daerah diperlukan untuk dapat melaksanakan maupun menginovasikan program gizi.
























DAFTAR PUSTAKA


1 komentar: